SEJARAH PERKEMBANGAN HUMAS
Dilihat dari perkembangan
sejarahnya, berkomunikasi untuk mempengaruhi cara pandang dan perilaku
seseorang sudah dimulai sejak dahulu kala. Dari situs–situs yang ditemukan oleh
para arkeologis di Irak pada abad 18, tampak bahwa usaha melakukan hal ini
sudah ada. Pada masa Yunani dan di abad pertengahan masa kejayaan Romawi, ide
mengenai “opini publik sudah muncul”. Hal ini tampak pada slogan Vox Populi,
Vox dei (the voice of the people is the voice of God). Public Relations sudah mulai digunakan berabad–abad lalu di
Inggris. Hal ini ditunjukkan dengan munculnya konsep memerlukan pihak ketiga
sebagai fasilitator komunikasi dan penyelaras antara pemerintah dan rakyatnya.
Pada perkembangannya konsep Public
Relations di Amerika dimulai sekitar tahun 1900an yang dipelopori oleh Ivy Lee
dengan "The Declaration of Principles". Ivy Lee dianggap sebagai
"The father of Public Relations" karena deklarasi asasnya itu,
meskipun demikian sebetulnya konsep Public Relations di Amerika sudah ada sejak
tahun 1850 (Broom, 2000; 102).
Public Relations di Indonesia
sendiri dimulai sejak tahun 1950. Perkembangan hubungan masyarakat di Indonesia
bergerak menyertai kondisi politik dan kenegaraan saat itu. Pada waktu itu
pemerintah Indonesia menyadari perlunya rakyat Indonesia untuk mengetahui
segala perkembangan yang terjadi sejak pengakuan kedaulatan Indonesia oleh
kerajaan Belanda. Berawal dari pemikiran tersebut maka kegiatan kehumasan mulai
dilembagakan dengan menyandang nama hubungan masyarakat karena kegiatan yang
dilakukan lebih banyak untuk ke luar organisasi (Onong, 1991; 12).
Pentingnya memahami sejarah
perkembangan Public Relations adalah untuk mengawali pemahaman terhadap
perkembangan PR di Indonesia. Jika dilihat dari sejarahnya sebetulnya, PR di
Indonesia dimulai sangat jauh dari yang sudah dilakukan oleh pemikir-pemikir di
Eropa atau Amerika bahkan Australia. PR di Indonesia dimulai di tahun 1950an
dengan konsep yang berbeda dengan konsep yang dianut di negara lain. Berdasarkan
pengamatan peneliti dan juga seperti yang diungkapkan oleh Elizabeth Goenawan
Anantao dalam Public Relations In Asia an Anthology, Public Relations di
Indonesia belum terlalu pesat perkembangannya (Ananto, 2004; 265).
Public Relations digunakan oleh
pihak swasta di Indonesia pertama kali oleh PERTAMINA, sebuah perusahaan
minyak. Public Relations di Indonesia memang sudah banyak digunakan baik itu di
pihak pemerintah maupun swasta di berbagai sektor. Konsep Public Relations
dipahami dan digunakan oleh pihak–pihak tersebut dengan berbagai macam
pemahaman dan berbagai macam bentuk implementasinya.
Dari hari ke hari PR di Indonesia
mulai berkembang seiring dengan perkembangan PR di dunia atau Asia. Menurut
Rhenald Kasali dalam bukunya Manajemen PR disebutkan bahwa Public Relations
digunakan untuk kepentingan usaha dalam bentuk seperti Olimpiade Korea Selatan,
Glassnot Perestroika, Kasus Lemak Babi 1988, dll. Olimpiade yang
diselenggarakan oleh tuan rumah Korea Selatan di tahun 1988 menggunakan salah
satu jasa konsultan PR. Olimpiade adalah suatu event international yang waktu
ini masih sangat greget dimana seluruh perhatian orang tertuju kesana. Sebagai
tuan rumah Korea Selatan ingin bangkit menunjukkan eksistensi dirinya yang
memang salah satu keinginannya adalah membuka pasar di dunia untuk memasarkan
produk – produknya.
Glasnost dan
Perestroika merupakan kampanye PR dalam karya politik sebuah negara. Untuk
mengubah negaranya, Michael Gorbachev melontarkan konsep ini untuk mengubah
persepsi dunia tentang Uni Soviet dan membuka bangsanya bagi dunia luar.
Kasus–kasus
tersebut adalah kasus–kasus yang terjadi hampir 20 tahun yang lalu. Sementara
ini masih hangat di tahun 2000-an pada saat negara–negara di Asia terjadi
krisis SARS, Hongkong dan Singapura menangani khusus pemulihan citra wisata
negaranya dengan menyewa seorang konsultan PR.
Dari kasus–kasus yang ada sebetulnya tampak bahwa
PR adalah sebuah fungsi komunikasi yang terencana, tetapi memang kenyataannya
masih banyak salah pandang mengenai hal ini.
No comments:
Post a Comment